Minggu, 13 November 2016

SEDIAAN SUSPENSI

SEDIAAN SUSPENSI


  A. Pengertian
          Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat  tidak larut yang  terdispersi dalam fase cair.
          Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa  campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu  dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut  “ Untuk Suspensi oral”
          Suspensi topikal  adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio”  termasuk dalam kategori ini.
          Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel  halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
          Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan.
          Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal .
          Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B.       Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1.        Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan  akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.        Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan  kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
3.        Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.    Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi  suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi  dan tetap terdistribusi  merata. Bila partikel mengendap  mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking .
Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi  karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
       Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
  1. Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri .
            Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
-  Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .
-  Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan
                ditempat yang sama.
-   Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan
               dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol    
                tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah :
1.  Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata.
Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet ( preservative).
2. Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
3. Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago  tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator.
4. Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %.
            Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air  mereka akan mengembang  dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga  stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan  tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
2.    Bahan pensuspensi sintetis
1. Derivat selulosa
Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
 Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
 
2. Golongan organik polimer 
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1 %.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit.  Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
C.      Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi 
1.    Metode pembuatan suspensi.
       Suspensi dapat dibuat secara :
       1.  Metode dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan.
Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi  tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak  ± 90o  serbuk akan mengambang diatas cairan.  Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat  hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau  wetting agent.
        2.  Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan  dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan  dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2.    Sistem pembentukan suspensi
       1.  Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
       2.  Sistem deflokulasi
Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya  membentuk sedimen, dimana terjadi  agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.   Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.  Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah
    dan ukuran partikel adalah minimal
3.    Sedimen terbentuk lambat
4.    Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5.   Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama.
                 Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.    Partikel merupakan agregat yang bebas.
2.    Sedimentasi terjadi cepat.
3.    Sedimen terbentuk cepat.
4.    Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi    
      kembali seperti semula
5.    Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan
      diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
D.      Formulasi Suspensi
       Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
  • Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
  • Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah :
1.        Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
2.        Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau
               polimer.
3.        Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4.        Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah
              structured vehicle                 
5.        Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam  structured vehicle   
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium trichlorida)
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1 : 1250),  etil  p. benzoat  (1 : 500 ),  propil p. benzoat (1 :  4000), nipasol, nipagin   ± 1 %.
Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak  iritasi.  Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
E.       Penilaian Stabilitas Suspensi
1.  Volume sedimentasi
      Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari
      suspensi (Vo) sebelum mengendap.
2.  Derajat flokulasi
     Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume
     sedimen akhir suspensi  deflokulasi ( Voc)  
 3.    Metode reologi     
     Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan    
     perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan  partikel untuk tujuan perbandingan.
4.  Perubahan ukuran partikel
      Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
      dinaikkan  sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang
      pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran  partikel dan sifat kristal.
 
 E. MONOGRAFI

1.      Sulfur praicipitat / belerang endapPemerian: serbuk amof/ hablur renik, sangat halus, warna kuning pucat, tidak berbau dan berasaKelarutan: praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam karbondioksida, praktis tidak larut dalam etanol.(FI IV, hal 771)Khasiat: antiskabisid

2.      CamporaPemerian: hablur, granul/ massa hablur, putih/ tidak berwarna, jernih, bau khas, tajam, rasa pedas dan aromatik, menguap perlahan pada suhu kamar.Kelarutan: sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, minyak lemak, minyak menguap.(FI IV, hal 167)Khasiat: anti iritan

3.      Mucil PGAMengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arap itu, kemudian digerus sampai diperoleh suatu massa yang homogeny. (VANDUIN hal 58)

4.      Sol Calc HidratSuatu kapur tohor dengan tiga bagian ait mendidihdiencerkan, sesudah 15 menit dengan air hingga 25 bagian, biarlah campuran mengendap dan tuanglah zat cair yang diatasnya, tambahkan air yang sama banyak pada endapannya, kocok dan biarkan mengendap lagi. Tuanglah lagi zat cair yang diatasnya, ulangi lagi dan akhirnya tambahkan pada endapannya 300 bagian air, dikocok berulang-ulang dan simpanlah campurannya dalam botol  tertutup baik. (PH ned hal 532)

5.      Aqua rosaeLarutkan sebagian minyak mawar dalam 1g bagian spiritus keras dan saring, ambil 4 bagian dari larutan tambahkan 996 bagian air saringlah zat cair jernih. (PH ned, hal 105)

6.      Pulv Gumi ArabicumPemerian; serbuk putih/putih kekuningan, tidak berbauKelarutan: larut hamper semua dalam air, tetapi sangat lambat meninggalkan, sisa bagian tanaman dalam jumblag sangat sedikit, dan membersihkan cairan seperti mucilage, tidak bermarna/ kekuningan, kental, lengket, transparan, bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam eter dan etanol. (FI IV hal 718)

F.  PERHITUNGAN BAHAN

1.      Sulfur Praecipitat  :  20g/300ml X 60 ml = 4g2.      Champora              :  3g/300ml X 60 ml = 0,6g3.      Mucil PGA            :  10g/300ml X 60 ml = 2gPGA                      :  4g/100g X 60 ml = 0,8gAqua untuk PGA  : 1,5 X 0,8 = 1,2 ml4.      Sol. Calc hidrat     :  134g/300ml X 60 ml = 26,8ml5.      Aqua Rosae           : 133g/300g X 60 ml = 26,6ml

G. ALAT DAN BAHAN 

ALAT:1.      Mortir 2.      Setemper3.      Beaker Glass4.      Gelas ukur5.      Kaca arloji6.      Penara7.      Timbangan8.      Etiket warna biru9.      Sudip10.  Sendok tanduk11.  Perkamen12.  Pinset13.  Botolvolume60ml

BAHAN:1.      Sulfur praicipitat2.      Sol. Calc hydrat   3.      Aqua rosae4.      Champora5.      PGA6.      Spiritus fort

H. CARA PEMBUATAN

1.      Disiapkan alat dan bahan2.      Disetarakan timbangan3.      Dikalibrasi botol 60ml4.      Ditimbang champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 3 tetes spiritus fort dan digerus ad homogen.5.      Ditimbang sulf. Praicipitat dimasukkan kedalam no. 4, digerus ad homogen. Dipindahkan dalam kaca arloji, dan dibasahi dengan gliserin6.      Ditimbang PGA dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua rosae 1,2ml digerus ad terbentuk mucilage7.      Ditambahkan no. 5 kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen8.      Ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen9.      Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol10.  Diadkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad homogen

11.  Tutup dengan cup, diberi etiket biru dan label.


I.     ETIKET
Apotek
PUTRA INDONESIA
Jln. Barito 5 Malang Telp. (0341) 491132
Apoteker : dra. Bila S.A.S Apt           No. SIA/1201/424.052/2010

Tgl 27-11-12                                              No. 1
Ani  (18 thn)
CP: dioleskan pada jerawat
OBAT LUAR
ttd


KOCOK DAHULU

J.      EVALUASI HASIL PRAKTIKUM1.      Kelarutan              : -2.      Viskositas              : encer3.      Volume                 : 60ml4.      Homogenitas         : kurang homogen terdapat endapan kamfer5.      Organoleptis:Bau                       : kamfer dan aqua rosaeRasa                      : -Warna                    : putih kekuningan6.      Etiket  :Tanggal:√Paraf: √Signa: √Nama pasien + umur: √No resep: √Tutp kup: √


K.    PEMBAHASAN                

  Hasil praktikum pembuatan suspensi sulfur praecipitat tidaksesuai dengan yang diharapkkan. Karena ada endapankamfer dan tidak tercampur homogen.  Cara perlakuankamfer dalam suspensi seharusnya camfer dilarutkan dulu dalamspiritus fortiori 2x berat kamfer, lalu disuspensikan dalam 2% PGA. Tetapi cara pembutan saat praktikum tidak sesuai dengan literature, karena yang disuspensikan dahulu dalam suspending agent adalah sulfur praecipitat yang sudah di basahi kemudian di aduk ad homogen kemudian kamfer yang sudah di basai baru dimasukan dalam suspending agent yang sudah tercampur sulfur praecipitat dan di aduk ad homogen. Sehingga kamfer tidak bias terikat dengan suspending agent tersebut dan suspending agent yang digunakan juga kurang dari dari persyaratan ( kurang dari 2 % ). Oleh karena itu hasil praktikum terdapat kamfer yang mengendap dan tidak tercampur homogen.


L.    PEMBETULAN CARA PEMBUATAN


1.      Disiapkan alat dan bahan2.      Disetarakan timbangan3.      Dikalibrasi botol 60ml4.   Ditimbang 0,6g champora, diasukkan dalam motir, ditambahkan 0,9ml (1ml) spiritus fort dan digerus ad homogen dipindahkan dalam gelas arloji.5.      Ditimbang 4g sulf. Praicipitat. Dipindahkan dalam kaca arloji, dan dibasahi dengan gliserin6.    Ditimbang PGA 1,2g dimasukkan kedalam mortar digerus, ditambahkan aqua rosae 1,8ml digerus ad terbentuk mucilago7.      Ditambahkan no.4 ( kamfer ) kedalam mortar no. 6 diaduk ad homogen8.  Dimasukkan no.5 (sulfur praecipitat) dalam campuran no.7 aduk ad homogen kemudian ditambahkan sol calc hidrat diaduk ad homogen9.      Diencerkan hasil no 8 dengan aqua rosae, dimasukan dalam botol10.  Diadkan dengan aqua rosae ad tanda kalibrasi, lalu di tutup dan kocok ad homogenTutup dengan cup, diberi etiket biru dan label

Tidak ada komentar:

Posting Komentar